Translate

Jumat, 14 November 2014

Kebiasaan Penting Bunda Kepada Anak

Hati seorang anak bagaikan kertas putih, sekali tertoreh nilai baik dan buruk akan mempengaruhi pembentukan warna (Karakter anak).  Dan perlakukan ibu kepada anak, ibarat tetesan air yang terus menerus di atas batu, yang berlahan lahan dapat melubanginya.  Demikianlah gambaran pengaruh kebiasaaan bunda kepada anak.  Oleh karena pendidikan harus berkesinambungan dan terus menerus, maka menerapkan kebiasaan baik mulai dari yang mudah agar dapat di jaga kesinambungannya menjadi keutamaan bagi bunda.

Dari ‘Aisyah binti Abi Bakr Ash-shiddiq –radhiallahu anhuma- berkata : Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda : “Amalan yang lebih dicintai Allah adalah amalan yang terus-menerus  dilakukan walaupun sedikit.” (HR Bukhari dan Muslim, dengan lafazh Muslim.

Kebiasaan idealis yang diterapkan, namun tidak dapat dibertahankan, di terapkan hanya saat bunda sedang bersemangat, akan membuat anak tidak menghargai kebaikan itu sendiri dan tentu saja tidak akan tertanam pada jiwa anak.  Kebiasaan yang terlalu keras atau terlalu longgar, tidak sesuai dengan usia dan kesanggupan anak, meskipun dengan tujuan kebaikan akan menghasilkan sikap anak yang pemberontak atau semau gue.  Tidak jarang ada anak yang menunjukan sikap taat dan teratur di hadapan orang tuanya, namun ia berubah sikap saat ia tidak bersama orang tuanya.  Terlebih jika apa yang dibiasakan kepada anak, terasa membelenggu hatinya.

Kebiasaan yang baik, memudahkan dan menghargai pilihan anak, dengan terus menerus, maka berlahan-lahan kebiasaan tersebut akan menjadi kokoh tertanam dalam hati anak.  Jikapun tiba saaat anak berbuat kesalahan, hanyut karena pengaruh pergaulan, lambat laut kebiasaan itu akan mengingatkan anak, menggugah kerinduannya dan suatu saat akan dapat menarik anak kembali kejalan yang baik.  Dengan tujuan tersebut, mulailah bunda menanamkan kebiasaan dari yang paling mudah, yang dapat berkesinambungan, disesuaikan dengan waktu dan aktifitas dalam keluarga agar kebiasaan tersebut dapat terpelihara.

Sebelum menentukan kebiasaan apakah harus di utamakan bunda kepada anak, perlu diketahui bahwa tujuan penting pendidikan anak adalah 1)Empati atau kepedulian dan akhlak anak kepada orang lain.  2)Kesadaran kuat untuk mengamalkan hukum agama dan ibadah. 3)Keterampilan hidup, agar anak dapat bergaul dan mampu mengusahakan kepentingan dirinya. (Mencari nafkah, menjalin hubungan pribadi, tahu bagaimana cara mewujudkan cita-citanya dan jika tdk terwujud bisa menentukan alternatif positif.  Dan untuk membentuk ketiga tujuan pendidikan tersebut, inilah Kebiasaan penting bunda kepada anak yang perlu di upayakan dengan berkesinambungan:

A. Komunikasi bunda dan anak:
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit" QS.14:24

  1. Biasakan mengungkapkan kalimat yang akan membuat anak merasa di cintai dan penting (Bunda cinta kamu, bunda akan selalu mendoakan kamu, jangan khawatir jika kamu berbuat salah karena bunda akan selalu memaafkan, bunda bahagia memilki kamu, nak nbunda menerimamu apa adanya dll)
  2. Jangan menghardik anak untuk sesuatu yang tidak disengaja anak misalnya, barang rusak, hilang, pakaian kotor atau anak terjatuh, atau anak melupakan sesuatu.  Jika hal tersebut terjadi katakana kalimat objektif (apakah kau bisa memperbaikinya, jika tida coba bunda bantu, jika bisa kita cari barang yang hilang itu, tidak apa-apa ganti pakainmu dengan yang bersih atau bunda memberikan solusi agar pakainnya tidak mudah kotor atau terkena noda, tidak apa-apa terkadang bunda juga suka lupa lainkali kau catat agar tidak lupa.)
  3. Memuji dan menegur anak perbuatannya bukan kata sifat
Memuji: Kamu belajar sunguh-sungguh, hingga nilaimu bagu, ini indah kamu pandai melukis. (Hindari ungkapan berlebihan: kamu anak paling hebat, tidak ada anak sebaik mu nak dll)
Menegur: Lain kali Buang sampahnya ke tempat sampah agar tidak berantakan.
Ibu senang jika kamu ingat melipat selimutmu. (Hindari kalimat : kamu jorok, pemalas, kamu pemarah, kamu anak nakal, kamu cengeng dll).

4. Biasakan bunda member contoh meminta maaf kepada anak bila bunda keliru, menggunakan kalimat minta tolong bukan bahasa perintah, dan biasakan ucapkan terimakasih saat anak memberikan bantuan.  Agar anak melakkan hal yang sama kepad abunda maupun orang lain.

5. Jangan menuruti rengekan anak, di depan tamu, atau di pusat perbelanjaan, berusahalah mengalihkan perhatian anak, meminta anak menunggu atau bersabar dengan rengekan anak sampai reda.  Jangan mempertontonkan teguran atau kemarahan kepada anak di depan orang lain, jangan hardik kaka di depan adiknya.  Upayakan menjaga harga diri anak, namun bimbing anak untuk menghormati orang lain.

6. Jangan membohongi anak atau melalaikan janji kepada anak. Dan jangan mengutarakan kalimat pesimis atau optimis berlebihan.  Perkenalkan kepada anak bahwa suka atau duka, menang atau kalah, berhasil atau gagal adalah pengalaman yang harus mereka hadapi.

7. Biasakan pada anak mengenai batasan waktu jangan jelas. Contoh: nak kamu harus sampai rumah pukul 12 siang.  Bukan dengan kalimat, nak kamu harus cepat pulang.  Atau saat bunda meminta anak berhenti main game, Contoh:
Bunda : Nak sudah dulu main gamenya ya.
Anak   : Iya, sebentar lagi bunda.
Bunda : Baiklah, lima menit lagi ya…(Untuk anak ya sdh bisa membaca jam), jika belum ganti dengan kalimat “Baiklah, sampai bunda melipat pakain ini. (Buatlah kesepakatan waktu yang jelas dgn anak/remaja.

8. Jika bunda terlanjur berkata kasar atau memukul, segeralah meminta maaf dan katakan dengan jelas kepada anak bahwa sikap bunda tidak boleh ditiru (Bukan mengutarakan alasan: “Karena bunda marah…atau karena kamu nakal dll).

9. Saat anak sedang mengekspresikan kemarahan, jangan mencela kemarahan anak.  Sebaliknya bantu anak untuk mengatasinya, misalnya beri anak minum, minta anak masuk ke dalam kamar,  atau ingatkan kepada anak : Nak, boleh marah tapi tidak boleh merusak barang atau berkata kasar ya.” Namun Jangan pula, bernegosiasi dengan kemarahan anak, misalnya “Bunda akan belikan mainan yang kamu mau, asal kamu berhenti marah”

B. Menanamkan motifasi ibadah:
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akhirat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (Q.S. Thaha: 132)

  1. Tentukan satu waktu saja diantara lima waktu shalat wajib untuk shalat berjamaah dengan anak. Jika anak terlihat malas, jangan di paksa, tawarkan alternative contoh: baiklah ashar ini kamu tdk shalat berjamaah, tapi nanti maghrib kita harus berjamaah ya nak.
  2. Setiap selesai shalat,perdengarkan kepada anak doa berikut artinya, yang dapat menggugah anak. Redaksi doa boleh menurut dalam alquran maupun hadist atau ungkapan bunda sendiri.  Tidak selalu selesai shalat, saat anak melakukan kebaikan atau meminta ijin untuk pergi ke luar rumah, perdengarkan doa kepada anak. Kebiasaan ini akan memotifasi sekaligus nasehat tanpa mengurui anak, dan akan berbekas di hati anak sampai dewasa nanti.
  3. Jangan bersikap keras atau memaksa terhadap ibadah sunnah atau ibadah yang belum diwajibkan kepada anak. Contoh: bunda boleh menegur anak dengan tegas apabila meninggalkan shalat wajib (Jika usianya sdh wjb shalat), tetapi bunda tidak boleh menghardik anak jika dia sedang malas mengaji atau menolak shalat berjamaah dll.
  4. Biasakan anak membaca alquran dan terjemahnya setiap hari meski satu ayat, agar istikomah beri kelonggaran waktu bagi anak untuk membacanya kapan saja sesuai kehendak anak. (Ini bisa bunda terapkan apada anak usia remaja).
  5. Jika makna shalat dan dekatnya anak dengan alquran, di tanamkan melalui kebiasaan yang baik dan berkesinambunga, insya Allah bunda akan lebih mudah mengenalkan ibdah-ibdah yang lain.

C. Membiaskan adab kepada anak:

ada tiga adab yang sangat penting yang menjadi kunci pembentukan karakter anak adalah Batasan aurat, Santapan. Dan adab meminta ijin.  Jika anak menghayati ketiga adab penting tersebut, ia akan menerapkannya pada semua bentuk pergaulan baik di rumah dengan anggota keluarganya, maupun di luar rumah.
Adab Batasan Aurat:
  1. Jangan telanjang atau mengganti pakaian di depan anak, meskipun ia masih balita. Dan Beritahu anak kapan saja mereka boleh meminta ijin masuk kedalam kamar bunda.
Diriwayatkan dari Muslim bin Nadzir mengatakan: Seorang laki-laki bertanya kepada Hudzaifah, ”Apakah aku harus meminta izin kepada ibuku?” Hudzaifah menjawab, ”Jika engkau tidak meminta izin kepada ibumu, engkau akan melihat hal-hal yang engkau benci.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad)

2. Jika tempat tidur anak-anak terbatas, pisahkan mereka dengan selimut yang berbeda.
“Tidak diperbolehkan bagi laki-laki tidur berdua (begitu juga wanita) dalam satu selimut”. (HR. Muslim).

3. Biasakan berpakaian sesuai syari sejak dini, untuk anak perempuan jangan memberikan pakaian yang membuka auratnya.  Agar terbiasa sampai dewasa, dan jika sudah wajib bunda akan lebih mudah memberikan pengertian mengenai nilai berpakaian. Saat bunda mengajarkan shalat, maka saat itulah bunda mulai mengenalkan batasan aurat pada anak.

4. Jangan membiasakan mandi berbarengan dnegan anak, terutama apabila anak bunda laki dan sudah mengetahui perbedaan jenis kelamin. (Poin 1-5, adalah salah satu pendidikan seks dan pergaulan sejak dini tanpa membuat bunda harus berbiacara seks kepada anak atau remaja)

Adab Santapan dan Meminta Ijin:
  1. Upayakan makan berjemaah, atau biasakan agar anak selalu makan minum sambil duduk, jangan menghidangkan lauk pauk berlebihan dengan aneka ragam. Paling banyak cukupkanlah dua macam lauk. Jangan manjakan anak dengan hidangan yang selalu memenuhi selera mereka. Pastikan makana, minuman berasal dari yang halal.  Makanan yang selalu berlebihan, menyulitkan anak jika tiba saat wajib menjalankan puasa, akan membuat anak mudah merajuk jika tiba saat harus prihatin.  Dan nafkah yang tidak halal, akan mengeraskan hati anak, hingga mereka sulit di nasehat.
  2. Biasakan, bunda memulai meminta ijin kepada anak untuk segala sesuatu yang menyangkut haknya, agar anak balik memperlakukan sama kepada bunda mauppun orang lain.  Mulai dari ijin masuk kedalam ruangan, ijin menggunakan suatu benda dll.

D. Membentuk kemandirian dan keterampilan hidup sejak dini kepada anak:
  1. Beri anak tangung jawab di rumah.  Bunda jangan mudah mengambil alih saat anak sedang malas, terapkan konsekuensi apabila anak sengaja melalaikan tanpa alasan yang baik.
  2. Biarkan anak melakukan sesuatu sendiri sesuai dengan kesangupannya (Jangan melayani anak)
  3. Berikan mainan yang merangsang kreatifitas anak namun menyenangkan, bukan sekedar menikmati mainan. Perlengkapan rumah tangga atau benda yang biasa ada disekitar anak, lebih merangsang kreatifitas anak daripada mainan siap pakai yang terpajang di mall.
  4. Untuk anak remaja, Ajarkan anak dengan keterampilan sesuai jamannnya namun dapat memiliki nilai ekonomis pada saat dewasa (Menjahit, memasak, menggunakan computer, keterampilan bahas asing atau berjualan langsung atau online jika memungkinkan dll)
Demikian, uraian praktis kebiasaan penting bunda kepada anak.  Contoh-contoh yang saya uraikan, sekedar gambaran singkat.  Pendidikan adalah ikhtiar, namun ditangan Allah hidayah dan taufik.  Doa dan tawakal akan menjadi pegangan bunda, ketika semua yang terbaik telah di upayakan.