Hati seorang anak
bagaikan kertas putih, sekali tertoreh nilai baik dan buruk akan mempengaruhi
pembentukan warna (Karakter anak). Dan perlakukan ibu kepada anak, ibarat
tetesan air yang terus menerus di atas batu, yang berlahan lahan dapat melubanginya.
Demikianlah gambaran pengaruh kebiasaaan bunda kepada anak. Oleh karena
pendidikan harus berkesinambungan dan terus menerus, maka menerapkan kebiasaan
baik mulai dari yang mudah agar dapat di jaga kesinambungannya menjadi keutamaan
bagi bunda.
Dari ‘Aisyah binti Abi
Bakr Ash-shiddiq –radhiallahu anhuma- berkata : Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam bersabda : “Amalan yang lebih dicintai Allah adalah amalan yang
terus-menerus dilakukan walaupun sedikit.” (HR Bukhari dan Muslim,
dengan lafazh Muslim.
Kebiasaan idealis yang
diterapkan, namun tidak dapat dibertahankan, di terapkan hanya saat bunda
sedang bersemangat, akan membuat anak tidak menghargai kebaikan itu sendiri dan
tentu saja tidak akan tertanam pada jiwa anak. Kebiasaan yang terlalu
keras atau terlalu longgar, tidak sesuai dengan usia dan kesanggupan anak,
meskipun dengan tujuan kebaikan akan menghasilkan sikap anak yang pemberontak
atau semau gue. Tidak jarang ada anak yang menunjukan sikap taat dan
teratur di hadapan orang tuanya, namun ia berubah sikap saat ia tidak bersama
orang tuanya. Terlebih jika apa yang dibiasakan kepada anak, terasa
membelenggu hatinya.
Kebiasaan yang baik,
memudahkan dan menghargai pilihan anak, dengan terus menerus, maka
berlahan-lahan kebiasaan tersebut akan menjadi kokoh tertanam dalam hati
anak. Jikapun tiba saaat anak berbuat kesalahan, hanyut karena pengaruh
pergaulan, lambat laut kebiasaan itu akan mengingatkan anak, menggugah
kerinduannya dan suatu saat akan dapat menarik anak kembali kejalan yang
baik. Dengan tujuan tersebut, mulailah bunda menanamkan kebiasaan dari
yang paling mudah, yang dapat berkesinambungan, disesuaikan dengan waktu dan
aktifitas dalam keluarga agar kebiasaan tersebut dapat terpelihara.
Sebelum menentukan
kebiasaan apakah harus di utamakan bunda kepada anak, perlu diketahui bahwa
tujuan penting pendidikan anak adalah 1)Empati atau kepedulian dan akhlak anak
kepada orang lain. 2)Kesadaran kuat untuk mengamalkan hukum agama dan
ibadah. 3)Keterampilan hidup, agar anak dapat bergaul dan mampu mengusahakan
kepentingan dirinya. (Mencari nafkah, menjalin hubungan pribadi, tahu bagaimana
cara mewujudkan cita-citanya dan jika tdk terwujud bisa menentukan alternatif
positif. Dan untuk membentuk ketiga tujuan pendidikan tersebut, inilah
Kebiasaan penting bunda kepada anak yang perlu di upayakan dengan
berkesinambungan:
A. Komunikasi bunda
dan anak:
"Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit"
QS.14:24
- Biasakan mengungkapkan kalimat
yang akan membuat anak merasa di cintai dan penting (Bunda cinta kamu,
bunda akan selalu mendoakan kamu, jangan khawatir jika kamu berbuat salah
karena bunda akan selalu memaafkan, bunda bahagia memilki kamu, nak nbunda
menerimamu apa adanya dll)
- Jangan menghardik anak untuk
sesuatu yang tidak disengaja anak misalnya, barang rusak, hilang, pakaian
kotor atau anak terjatuh, atau anak melupakan sesuatu. Jika hal
tersebut terjadi katakana kalimat objektif (apakah kau bisa
memperbaikinya, jika tida coba bunda bantu, jika bisa kita cari barang
yang hilang itu, tidak apa-apa ganti pakainmu dengan yang bersih atau
bunda memberikan solusi agar pakainnya tidak mudah kotor atau terkena noda,
tidak apa-apa terkadang bunda juga suka lupa lainkali kau catat agar tidak
lupa.)
- Memuji dan menegur anak
perbuatannya bukan kata sifat
Memuji: Kamu belajar
sunguh-sungguh, hingga nilaimu bagu, ini indah kamu pandai melukis. (Hindari
ungkapan berlebihan: kamu anak paling hebat, tidak ada anak sebaik mu nak dll)
Menegur: Lain kali
Buang sampahnya ke tempat sampah agar tidak berantakan.
Ibu senang jika kamu
ingat melipat selimutmu. (Hindari kalimat : kamu jorok, pemalas, kamu pemarah,
kamu anak nakal, kamu cengeng dll).
4. Biasakan bunda
member contoh meminta maaf kepada anak bila bunda keliru, menggunakan kalimat
minta tolong bukan bahasa perintah, dan biasakan ucapkan terimakasih saat anak
memberikan bantuan. Agar anak melakkan hal yang sama kepad abunda maupun
orang lain.
5. Jangan menuruti
rengekan anak, di depan tamu, atau di pusat perbelanjaan, berusahalah
mengalihkan perhatian anak, meminta anak menunggu atau bersabar dengan rengekan
anak sampai reda. Jangan mempertontonkan teguran atau kemarahan kepada
anak di depan orang lain, jangan hardik kaka di depan adiknya. Upayakan
menjaga harga diri anak, namun bimbing anak untuk menghormati orang lain.
6. Jangan membohongi
anak atau melalaikan janji kepada anak. Dan jangan mengutarakan kalimat pesimis
atau optimis berlebihan. Perkenalkan kepada anak bahwa suka atau duka,
menang atau kalah, berhasil atau gagal adalah pengalaman yang harus mereka
hadapi.
7. Biasakan pada anak
mengenai batasan waktu jangan jelas. Contoh: nak kamu harus sampai rumah pukul
12 siang. Bukan dengan kalimat, nak kamu harus cepat pulang. Atau
saat bunda meminta anak berhenti main game, Contoh:
Bunda : Nak sudah dulu
main gamenya ya.
Anak :
Iya, sebentar lagi bunda.
Bunda : Baiklah, lima
menit lagi ya…(Untuk anak ya sdh bisa membaca jam), jika belum ganti dengan
kalimat “Baiklah, sampai bunda melipat pakain ini. (Buatlah kesepakatan waktu
yang jelas dgn anak/remaja.
8. Jika bunda
terlanjur berkata kasar atau memukul, segeralah meminta maaf dan katakan dengan
jelas kepada anak bahwa sikap bunda tidak boleh ditiru (Bukan mengutarakan
alasan: “Karena bunda marah…atau karena kamu nakal dll).
9. Saat anak sedang
mengekspresikan kemarahan, jangan mencela kemarahan anak. Sebaliknya
bantu anak untuk mengatasinya, misalnya beri anak minum, minta anak masuk ke
dalam kamar, atau ingatkan kepada anak : Nak, boleh marah tapi tidak
boleh merusak barang atau berkata kasar ya.” Namun Jangan pula, bernegosiasi
dengan kemarahan anak, misalnya “Bunda akan belikan mainan yang kamu mau, asal
kamu berhenti marah”
B. Menanamkan motifasi
ibadah:
“Dan perintahkanlah
kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.
Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan
akhirat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (Q.S. Thaha:
132)
- Tentukan satu waktu saja
diantara lima waktu shalat wajib untuk shalat berjamaah dengan anak. Jika
anak terlihat malas, jangan di paksa, tawarkan alternative contoh: baiklah
ashar ini kamu tdk shalat berjamaah, tapi nanti maghrib kita harus
berjamaah ya nak.
- Setiap selesai
shalat,perdengarkan kepada anak doa berikut artinya, yang dapat menggugah
anak. Redaksi doa boleh menurut dalam alquran maupun hadist atau ungkapan
bunda sendiri. Tidak selalu selesai shalat, saat anak melakukan
kebaikan atau meminta ijin untuk pergi ke luar rumah, perdengarkan doa
kepada anak. Kebiasaan ini akan memotifasi sekaligus nasehat tanpa
mengurui anak, dan akan berbekas di hati anak sampai dewasa nanti.
- Jangan bersikap keras atau
memaksa terhadap ibadah sunnah atau ibadah yang belum diwajibkan kepada
anak. Contoh: bunda boleh menegur anak dengan tegas apabila meninggalkan
shalat wajib (Jika usianya sdh wjb shalat), tetapi bunda tidak boleh
menghardik anak jika dia sedang malas mengaji atau menolak shalat
berjamaah dll.
- Biasakan anak membaca alquran
dan terjemahnya setiap hari meski satu ayat, agar istikomah beri
kelonggaran waktu bagi anak untuk membacanya kapan saja sesuai kehendak
anak. (Ini bisa bunda terapkan apada anak usia remaja).
- Jika makna shalat dan dekatnya
anak dengan alquran, di tanamkan melalui kebiasaan yang baik dan
berkesinambunga, insya Allah bunda akan lebih mudah mengenalkan
ibdah-ibdah yang lain.
C. Membiaskan adab
kepada anak:
ada tiga adab yang sangat
penting yang menjadi kunci pembentukan karakter anak adalah Batasan aurat,
Santapan. Dan adab meminta ijin. Jika anak menghayati ketiga adab penting
tersebut, ia akan menerapkannya pada semua bentuk pergaulan baik di rumah
dengan anggota keluarganya, maupun di luar rumah.
Adab Batasan Aurat:
- Jangan telanjang atau mengganti
pakaian di depan anak, meskipun ia masih balita. Dan Beritahu anak kapan
saja mereka boleh meminta ijin masuk kedalam kamar bunda.
Diriwayatkan dari
Muslim bin Nadzir mengatakan: Seorang laki-laki bertanya kepada Hudzaifah,
”Apakah aku harus meminta izin kepada ibuku?” Hudzaifah menjawab, ”Jika
engkau tidak meminta izin kepada ibumu, engkau akan melihat hal-hal yang engkau
benci.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad)
2. Jika tempat tidur
anak-anak terbatas, pisahkan mereka dengan selimut yang berbeda.
“Tidak diperbolehkan
bagi laki-laki tidur berdua (begitu juga wanita) dalam satu selimut”. (HR.
Muslim).
3. Biasakan berpakaian
sesuai syari sejak dini, untuk anak perempuan jangan memberikan pakaian yang
membuka auratnya. Agar terbiasa sampai dewasa, dan jika sudah wajib bunda
akan lebih mudah memberikan pengertian mengenai nilai berpakaian. Saat bunda
mengajarkan shalat, maka saat itulah bunda mulai mengenalkan batasan aurat pada
anak.
4. Jangan membiasakan
mandi berbarengan dnegan anak, terutama apabila anak bunda laki dan sudah
mengetahui perbedaan jenis kelamin. (Poin 1-5, adalah salah satu pendidikan
seks dan pergaulan sejak dini tanpa membuat bunda harus berbiacara seks kepada
anak atau remaja)
Adab Santapan dan
Meminta Ijin:
- Upayakan makan berjemaah, atau
biasakan agar anak selalu makan minum sambil duduk, jangan menghidangkan
lauk pauk berlebihan dengan aneka ragam. Paling banyak cukupkanlah dua
macam lauk. Jangan manjakan anak dengan hidangan yang selalu memenuhi
selera mereka. Pastikan makana, minuman berasal dari yang halal.
Makanan yang selalu berlebihan, menyulitkan anak jika tiba saat wajib
menjalankan puasa, akan membuat anak mudah merajuk jika tiba saat harus
prihatin. Dan nafkah yang tidak halal, akan mengeraskan hati anak,
hingga mereka sulit di nasehat.
- Biasakan, bunda memulai meminta
ijin kepada anak untuk segala sesuatu yang menyangkut haknya, agar anak
balik memperlakukan sama kepada bunda mauppun orang lain. Mulai dari
ijin masuk kedalam ruangan, ijin menggunakan suatu benda dll.
D. Membentuk
kemandirian dan keterampilan hidup sejak dini kepada anak:
- Beri anak tangung jawab di
rumah. Bunda jangan mudah mengambil alih saat anak sedang malas,
terapkan konsekuensi apabila anak sengaja melalaikan tanpa alasan yang
baik.
- Biarkan anak melakukan sesuatu
sendiri sesuai dengan kesangupannya (Jangan melayani anak)
- Berikan mainan yang merangsang
kreatifitas anak namun menyenangkan, bukan sekedar menikmati mainan.
Perlengkapan rumah tangga atau benda yang biasa ada disekitar anak, lebih
merangsang kreatifitas anak daripada mainan siap pakai yang terpajang di
mall.
- Untuk anak remaja, Ajarkan anak
dengan keterampilan sesuai jamannnya namun dapat memiliki nilai ekonomis
pada saat dewasa (Menjahit, memasak, menggunakan computer, keterampilan
bahas asing atau berjualan langsung atau online jika memungkinkan dll)
Demikian, uraian
praktis kebiasaan penting bunda kepada anak. Contoh-contoh yang saya
uraikan, sekedar gambaran singkat. Pendidikan adalah ikhtiar, namun
ditangan Allah hidayah dan taufik. Doa dan tawakal akan menjadi pegangan
bunda, ketika semua yang terbaik telah di upayakan.