Hubungan orang tua dan anak, merupakan kedekatan yang dilandasi
perasaan cinta yang mendalam dari orang tua kepada anaknya, dan
merupakan perasaan sangat membutuhkan dan bergantung yang tumbuh pertama
kalinya dalam kehidupan manusia, yaitu seorang anak kepada orang
tuanya. Hubungan keduanya, dibangun dalam situasi penuh pengorbanan, kasih sayang dan kebersamaan. Kepada
orang tua, pertama kali seorang anak mengadukan ketakutan, kesedihan
dan keinginannya, dan kepada anaklah orang tua mencurahkan naluri ingin
melindungi dan mengekspresikan cinta. Segala daya upaya dilakukan demi memastikan anak yang ia besarkan tumbuh sehat dan terpenuhi segala kebutuhan dan keinginannya.
Menarik
sekali, bagaimana Alquran memberikan tuntunan dan tauladan bagi
hubungan antara orang tua dan anak. Isyarat yang begitu mendalam dan
luas, dimana siapa saja yang melakukan perenungan, mengenai bagaimana
bahasa alquran dalam mengangkat peran orang tua dan anak, pasti akan
menemukan tuntunan yang semakin menyentuh jiwa, berulang kali membacanya
pastilah selalu mendapatkan kesan yang bertambah-tambah dan semakin
dalam.
Orang tua dan anak, keduanya akan menjadi fitnah atau ujian antara satu sama lain. Bukankah
dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menyaksikan peristiwa yang
memilukan, mengerikan atau sekedar prilaku kurang baik antara orang tua
dan anak. Seorang anak yang dibesarkan dengan limpahan kasih sayang
hingga memanjakannya berlebihan, tiba-tiba tumbuh jadi pembangkang yang
sangat keras terhadapa orang tuanya hingga prilaku yang mencoreng nama
baik orang tua. Demikian pula anak yang diperlakukan sebaliknya,
dibesarkan dengan kata-kata kasar, pukulan sampai kepada orang tua yang
prilakunya justru memperlihatkan kebejatan moral yang mencederai jiwa
anak, hingga tidak saja membuat anak menirukan prilaku buruk tersebut
juga menumbuhkan perasaan benci yang mendalam kepada orang tuanya.
Namun resapilah bagaimana Alquran menempatkan keduanya,YANG SAMA-SAMA AKAN MENJADI FITNAH ATAU COBAAN BAGI SATU SAMA LAIN, yang menyiratkan keluhuran bahasa alquran dalam menyentuh hati manusia, hati seorang ibu atau ayah dan hati seorang anak.
Dengan sangat jelas dan tajam, alquran mengingatkan bahwa ;
”Dan
ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu adalah fitnah dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Al-Anfal: 28)
Dengan nyata kata fitnah/ cobaan Allah sematkan pada seorang anak. Bahwa sebagaimana harta benda mati, anakpun merupakan cobaan. Allah menyandingkan harta dan anak sebagai peringatan bahwa keduanya merupakan cobaan, bukankah orang
tua sering kali memperlakukkan anaknya umpama harta benda berharga
namun benda mati dimana ia hanya di cintai, diberifasilitas namun enggan
mendidik untuk mengisi jiwa dan menghidupkan hatinya.
Dalam tuntunan lain, alquran menggunakan kata ‘’perintah” terhadap anak, agar bersikap rendah hati kepada orang tuanya.
dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Alisraa’17:24
dan dengan sangat tajam kedalam hati, tengoklah bagaimana Alquran mengajarkan doa anak kepada orang tuanya. Dengan tanpa menggurui namun cukup menusuk kesombongan yang mungkin terkandung dalam hati seorang anak, tengoklah redaksi doa ‘’Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."
Mengapa
kita berdoa agar Allah mencintai orang tua kita? Bukankah terlebih kita
sebagai anak lebih layak mencintai, yang telah menerima kebaikan atas
cinta dan pengorbanan orang tua, terutama seorang ibu yang meregang rasa
sakit dengan melahirkan dan harus menyusui selama dua tahun, bahkan
setiap hari menyentuh kotoran anaknya lebih layak mencintai dan
merendahkan diri sebelum kita berdoa memohon agar mereka dicintai.
Demikianlah,
begitu nyata dan tajam Allah memberikan isyarat bahwa anak adalah
fitnah, dan dengan tegas pula alquran perintahkan kepada kita untuk
merendahkan diri kepada orang tua, bahkan tuntunan doa dalam alquran
dari seorang anak merupakan nasehat yang tajam jika direnungkan lebih
dalam.
Namun kita renungkan
ayat berikut, bagaimana alquran menggambarkan secara tersyirat bahwa
orang tuapun adalah fitnah bagi anaknya, bahasa alquran ini menunjukan
betapa alquranpun merendahkan tuntunannya untuk menunjukan betapa orang
tua merupakan peran yang harus dihargai dan di jungjung tinggi. Salah
satu contoh bahwa alquran tidak menyatakan dengan jelas atau secara
tersurat bahwa orang tuapun menjadi fitnah atau cobaan bagi anaknya.
Resapilah ayat-ayat yang menceritakan peristiwa dialog nabi Ibrahim as
dengan ayahnya yang menjadi pembuat patung berhala. Di gambarkan
bagaimana nabi Ibrahim menghadapi fitnah dari ayahnya yang menguji
kesabaran serta kerendahahtiannya. Bahkan pada prilaku orang tua yang kafirpun, alquran menunjukan keluhuran bahasanya. Ia
tidak dengan gamblang menunjukan betapa berat pula cobaan yang bisa
ditimpakan orang tua kepada anaknya, namun betapa luhur alquran
mengajarkan bahwa kepada orang tua tetaplah dikedapankan
uangkapan-ungkapan yang menjaga martabat mereka
“Ingatlah
ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu
menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat
menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang
kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka
ikutilah Aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah. ‘’19: 42- 48
Resapi,
bagaimana nabi Ibrahim bertutur kepada ayahnya seorang pembuat patung
berhala (beberapa mufasir menyatakan dia adalah pamannya), ia gunakan
ungkapan lemah lembut dan begitu menggambarkan cinta yang sangat besar,
ia tidak menjadikan keluhuran tauhid sekalipun sebagai alasan untuk
melontarkan teguran yang menjatuhkan martabat ayahnya.
Kita renungkan perbedaan redaksi dalam surat luqman, dimana ayat 13- 19 memaparkan nasehat luqman kepada anaknya.
Surat luqman
Perhatikan
perbedaan tuntunan alquran ketika luqman sedang menasehati anaknya, ia
dengan tegas dan menggunakan kalimat perintah yang di ikuti dengan
kecaman bahwa perbuatan mempersekutukan Allah adalah sebuah kezaliman.
“dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.”QS.Luqman: 13
Dan
perhatikan redaksi dalam tuntunan berikut, dalam konteks orang tua yang
tidak menjadi teladan bagi anaknya hingga mendatangkan fitnah atau
cobaan.
“ dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka
Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” QS. Luqman: 15
Demikianlah, alquran mengajarkan keluhuran budi yang begitu mendalam. Alquranpun
menunjukan dirinya tidak sebagai pendakwa yang mencerca terhadap
pelanggaran orang tua kepada anak-anak mereka, bahkan tidak meski dengan
bahasa yang menempatkan seorang anak lebih tinggi derajatnya meski ia
dalam posisi yang benar, seperti yang di contohkan dalam dialog nabi
Ibrahim dan nasehat luqman di atas.
Perlulah di sadari
bahwa dalam hati setiap anak, telah tertanam fitrah untuk mencintai atau
sekurang-kurangnya rasa kasihan terhadap orang tuanya, namun seringkali
perlakukan kasar, berupa caci maki, pukulan dan teladan yang buruk
secara tidak langsung memancing anak senantiasa merasakan perasaan
marah, kecewa dan benci kepada orang tua. Sehhingga
perasaan tersebutlah yang terbiasa bagi hatinya dan mendominasi, yang
menyebabkan fitrah kasih sayang itu terkubur, jauh dari permukaan
hatinya. Seorang anak yang tidak terbiasa menerima
perlakukan baik yang dapat merespon rasa sayangnya untuk terekspresikan,
akhirnya seakan lupa jika perasaan itu ada.
Maka
begitu menyentuh redaksi doa yang Allah ajarkan, seakan memberi ruang
bahwa bagi anak-anak yang dalam keadaan luka hatinya, maka allah seakan
enggan mengurui dengan kalimat yang tajam, dan doa berikut cukuplah
secara halus menyentuh hati kita sebagai anak sekaligus perlahan
memberikan teguran. “…dan ucapkanlah: "Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil". Alisraa’17:24. Dan
bagi orang tua makna tersirat dari redaksi doa tersebut, merupakan
peringatan yang halus, bahwa sudahkan ia sebagai orang tua memperlakukan
anaknya dengan cinta kasih yang benar dan sudahkan ia mendidik anaknya
guna mengisi jiwa mereka dengan pendidikan yang benar. Sehingga layaklah
kita sebagai orang tua mendapatkan kemuliaan dari doa tersebut, sebagai
orang tua yang mengasihi dan mendidik.
Semoga catatan ini bermanfaat bagi kita semua, dariku untuk-ku juga.