Translate

Selasa, 17 September 2013

Keluhuran Bahasa Alquran dari yang Tersirat Mengenai Orang Tua dan Anak

Hubungan orang tua dan anak, merupakan kedekatan yang dilandasi perasaan cinta yang mendalam dari orang tua kepada anaknya, dan merupakan perasaan sangat membutuhkan dan bergantung yang tumbuh pertama kalinya dalam kehidupan manusia, yaitu seorang anak kepada orang tuanya.  Hubungan keduanya, dibangun dalam situasi penuh pengorbanan, kasih sayang dan kebersamaan.  Kepada orang tua, pertama kali seorang anak mengadukan ketakutan, kesedihan dan keinginannya, dan kepada anaklah orang tua mencurahkan naluri ingin melindungi dan mengekspresikan cinta.  Segala daya upaya dilakukan demi memastikan anak yang ia besarkan tumbuh sehat dan terpenuhi segala kebutuhan dan keinginannya. 

Menarik sekali, bagaimana Alquran memberikan tuntunan dan tauladan bagi hubungan antara orang tua dan anak. Isyarat yang begitu mendalam dan luas, dimana siapa saja yang melakukan perenungan, mengenai bagaimana bahasa alquran dalam mengangkat peran orang tua dan anak, pasti akan menemukan tuntunan yang semakin menyentuh jiwa, berulang kali membacanya pastilah selalu mendapatkan kesan yang bertambah-tambah dan semakin dalam.

Orang tua dan anak, keduanya akan menjadi fitnah atau ujian antara satu sama lain.  Bukankah dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menyaksikan peristiwa yang memilukan, mengerikan atau sekedar prilaku kurang baik antara orang tua dan anak. Seorang anak yang dibesarkan dengan limpahan kasih sayang hingga memanjakannya berlebihan, tiba-tiba tumbuh jadi pembangkang yang sangat keras terhadapa orang tuanya hingga prilaku yang mencoreng nama baik orang tua. Demikian pula anak yang diperlakukan sebaliknya, dibesarkan dengan kata-kata kasar, pukulan sampai kepada orang tua yang prilakunya justru memperlihatkan kebejatan moral yang mencederai jiwa anak, hingga tidak saja membuat anak menirukan prilaku buruk tersebut juga menumbuhkan perasaan benci yang mendalam kepada orang tuanya.

Namun resapilah bagaimana Alquran menempatkan keduanya,YANG SAMA-SAMA AKAN MENJADI FITNAH ATAU COBAAN BAGI SATU SAMA LAIN,  yang menyiratkan keluhuran bahasa alquran dalam menyentuh hati manusia, hati seorang ibu atau ayah dan hati seorang anak.
Dengan sangat jelas dan tajam, alquran mengingatkan bahwa ;
”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu adalah fitnah dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Al-Anfal: 28)

Dengan nyata kata fitnah/ cobaan Allah sematkan pada seorang anak.  Bahwa sebagaimana harta benda mati, anakpun merupakan cobaan.  Allah menyandingkan harta dan anak sebagai peringatan bahwa keduanya merupakan cobaan, bukankah  orang tua sering kali memperlakukkan anaknya umpama harta benda berharga namun benda mati dimana ia hanya di cintai, diberifasilitas namun enggan mendidik untuk mengisi jiwa dan menghidupkan hatinya.

Dalam tuntunan lain, alquran menggunakan kata ‘’perintah” terhadap anak, agar bersikap rendah hati kepada orang tuanya.

dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Alisraa’17:24

dan dengan sangat tajam kedalam hati, tengoklah bagaimana Alquran mengajarkan doa anak kepada orang tuanya.  Dengan tanpa menggurui namun cukup menusuk kesombongan yang mungkin terkandung dalam hati seorang anak, tengoklah redaksi doa ‘’Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."  
Mengapa kita berdoa agar Allah mencintai orang tua kita? Bukankah terlebih kita sebagai anak lebih layak mencintai,  yang telah menerima kebaikan atas cinta dan pengorbanan orang tua, terutama seorang ibu yang meregang rasa sakit dengan melahirkan dan harus menyusui selama dua tahun, bahkan setiap hari menyentuh kotoran anaknya lebih layak mencintai dan merendahkan diri sebelum kita berdoa memohon agar mereka dicintai.

Demikianlah, begitu nyata dan tajam Allah memberikan isyarat bahwa anak adalah fitnah, dan dengan tegas pula alquran perintahkan kepada kita untuk merendahkan diri kepada orang tua, bahkan tuntunan doa dalam alquran dari seorang anak merupakan nasehat yang tajam jika direnungkan lebih dalam.

Namun kita renungkan ayat berikut, bagaimana alquran menggambarkan secara tersyirat bahwa orang tuapun adalah fitnah bagi anaknya, bahasa alquran ini menunjukan betapa alquranpun merendahkan tuntunannya untuk menunjukan betapa orang tua merupakan peran yang harus dihargai dan di jungjung tinggi. Salah satu contoh bahwa alquran tidak menyatakan dengan jelas atau secara tersurat bahwa orang tuapun menjadi fitnah atau cobaan bagi anaknya. Resapilah ayat-ayat yang menceritakan peristiwa dialog nabi Ibrahim as dengan ayahnya yang menjadi pembuat patung berhala. Di gambarkan bagaimana nabi Ibrahim menghadapi fitnah dari ayahnya yang menguji kesabaran serta kerendahahtiannya.  Bahkan pada prilaku orang tua yang kafirpun, alquran menunjukan keluhuran bahasanya.  Ia tidak dengan gamblang menunjukan betapa berat pula cobaan yang bisa ditimpakan orang tua kepada anaknya, namun betapa luhur alquran mengajarkan bahwa kepada orang tua tetaplah dikedapankan uangkapan-ungkapan yang menjaga martabat mereka

“Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka ikutilah Aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.  Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah. ‘’19: 42- 48

Resapi, bagaimana nabi Ibrahim bertutur kepada ayahnya seorang pembuat patung berhala (beberapa mufasir menyatakan dia adalah pamannya), ia gunakan ungkapan lemah lembut dan begitu menggambarkan cinta yang sangat besar, ia tidak menjadikan keluhuran tauhid sekalipun sebagai alasan untuk melontarkan teguran yang menjatuhkan martabat ayahnya.

Kita renungkan perbedaan redaksi dalam surat luqman, dimana ayat 13- 19 memaparkan nasehat luqman kepada anaknya.

Surat luqman        
Perhatikan perbedaan tuntunan alquran ketika luqman sedang menasehati anaknya, ia dengan tegas dan menggunakan kalimat perintah yang di ikuti dengan kecaman bahwa perbuatan mempersekutukan Allah adalah sebuah kezaliman.

“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”QS.Luqman: 13

Dan perhatikan redaksi dalam tuntunan berikut, dalam konteks orang tua yang tidak menjadi teladan bagi anaknya hingga mendatangkan fitnah atau cobaan.

“ dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” QS. Luqman: 15

Demikianlah, alquran mengajarkan keluhuran budi yang begitu mendalam.  Alquranpun menunjukan dirinya tidak sebagai pendakwa yang mencerca terhadap pelanggaran orang tua kepada anak-anak mereka, bahkan tidak meski dengan bahasa yang menempatkan seorang anak lebih tinggi derajatnya meski ia dalam posisi yang benar, seperti yang di contohkan dalam dialog nabi Ibrahim dan nasehat luqman di atas.

Perlulah di sadari bahwa dalam hati setiap anak, telah tertanam fitrah untuk mencintai atau sekurang-kurangnya rasa kasihan terhadap orang tuanya, namun seringkali perlakukan kasar, berupa caci maki, pukulan dan teladan yang buruk secara tidak langsung memancing anak senantiasa merasakan perasaan marah, kecewa dan benci kepada orang tua.  Sehhingga perasaan tersebutlah yang terbiasa bagi hatinya dan mendominasi, yang menyebabkan fitrah kasih sayang itu terkubur, jauh dari permukaan hatinya.  Seorang anak yang tidak terbiasa menerima perlakukan baik yang dapat merespon rasa sayangnya untuk terekspresikan, akhirnya seakan lupa jika perasaan itu ada. 

Maka begitu menyentuh redaksi doa yang Allah ajarkan, seakan memberi ruang bahwa bagi anak-anak yang dalam keadaan luka hatinya, maka allah seakan enggan mengurui dengan kalimat yang tajam, dan doa berikut cukuplah secara halus menyentuh hati kita sebagai anak sekaligus perlahan memberikan teguran.  “…dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Alisraa’17:24.  Dan bagi orang tua makna tersirat dari redaksi doa tersebut, merupakan peringatan yang halus, bahwa sudahkan ia sebagai orang tua memperlakukan anaknya dengan cinta kasih yang benar dan sudahkan ia mendidik anaknya guna mengisi jiwa mereka dengan pendidikan yang benar. Sehingga layaklah kita sebagai orang tua mendapatkan kemuliaan dari doa tersebut, sebagai orang tua yang mengasihi dan mendidik.

Semoga catatan ini bermanfaat bagi kita semua, dariku untuk-ku juga.