Refleksi Pendidikan
Pendidikan, adalah ekspresi bahasa positif. jika seorang anak dibiasakan dengan bahasa positif, meraka akan memiliki kemampuan kreatifitas bahasa, mampu berfikir positif, memilki kecerdasan Spiritual dan terampil menangani kekerasan verbal yang mereka terima dalam interkasi sosialnya.
Translate
Senin, 03 Oktober 2016
Bahayanya penekanan kualitas hapalan pada pembentukan karakter
Senin, 05 Januari 2015
Peran Ibu pada Pendidikan Kecerdasan Spiritual Anak
Jumat, 14 November 2014
Kebiasaan Penting Bunda Kepada Anak
- Biasakan mengungkapkan kalimat
yang akan membuat anak merasa di cintai dan penting (Bunda cinta kamu,
bunda akan selalu mendoakan kamu, jangan khawatir jika kamu berbuat salah
karena bunda akan selalu memaafkan, bunda bahagia memilki kamu, nak nbunda
menerimamu apa adanya dll)
- Jangan menghardik anak untuk
sesuatu yang tidak disengaja anak misalnya, barang rusak, hilang, pakaian
kotor atau anak terjatuh, atau anak melupakan sesuatu. Jika hal
tersebut terjadi katakana kalimat objektif (apakah kau bisa
memperbaikinya, jika tida coba bunda bantu, jika bisa kita cari barang
yang hilang itu, tidak apa-apa ganti pakainmu dengan yang bersih atau
bunda memberikan solusi agar pakainnya tidak mudah kotor atau terkena noda,
tidak apa-apa terkadang bunda juga suka lupa lainkali kau catat agar tidak
lupa.)
- Memuji dan menegur anak
perbuatannya bukan kata sifat
- Tentukan satu waktu saja
diantara lima waktu shalat wajib untuk shalat berjamaah dengan anak. Jika
anak terlihat malas, jangan di paksa, tawarkan alternative contoh: baiklah
ashar ini kamu tdk shalat berjamaah, tapi nanti maghrib kita harus
berjamaah ya nak.
- Setiap selesai
shalat,perdengarkan kepada anak doa berikut artinya, yang dapat menggugah
anak. Redaksi doa boleh menurut dalam alquran maupun hadist atau ungkapan
bunda sendiri. Tidak selalu selesai shalat, saat anak melakukan
kebaikan atau meminta ijin untuk pergi ke luar rumah, perdengarkan doa
kepada anak. Kebiasaan ini akan memotifasi sekaligus nasehat tanpa
mengurui anak, dan akan berbekas di hati anak sampai dewasa nanti.
- Jangan bersikap keras atau
memaksa terhadap ibadah sunnah atau ibadah yang belum diwajibkan kepada
anak. Contoh: bunda boleh menegur anak dengan tegas apabila meninggalkan
shalat wajib (Jika usianya sdh wjb shalat), tetapi bunda tidak boleh
menghardik anak jika dia sedang malas mengaji atau menolak shalat
berjamaah dll.
- Biasakan anak membaca alquran
dan terjemahnya setiap hari meski satu ayat, agar istikomah beri
kelonggaran waktu bagi anak untuk membacanya kapan saja sesuai kehendak
anak. (Ini bisa bunda terapkan apada anak usia remaja).
- Jika makna shalat dan dekatnya
anak dengan alquran, di tanamkan melalui kebiasaan yang baik dan
berkesinambunga, insya Allah bunda akan lebih mudah mengenalkan
ibdah-ibdah yang lain.
- Jangan telanjang atau mengganti
pakaian di depan anak, meskipun ia masih balita. Dan Beritahu anak kapan
saja mereka boleh meminta ijin masuk kedalam kamar bunda.
- Upayakan makan berjemaah, atau
biasakan agar anak selalu makan minum sambil duduk, jangan menghidangkan
lauk pauk berlebihan dengan aneka ragam. Paling banyak cukupkanlah dua
macam lauk. Jangan manjakan anak dengan hidangan yang selalu memenuhi
selera mereka. Pastikan makana, minuman berasal dari yang halal.
Makanan yang selalu berlebihan, menyulitkan anak jika tiba saat wajib
menjalankan puasa, akan membuat anak mudah merajuk jika tiba saat harus
prihatin. Dan nafkah yang tidak halal, akan mengeraskan hati anak,
hingga mereka sulit di nasehat.
- Biasakan, bunda memulai meminta
ijin kepada anak untuk segala sesuatu yang menyangkut haknya, agar anak
balik memperlakukan sama kepada bunda mauppun orang lain. Mulai dari
ijin masuk kedalam ruangan, ijin menggunakan suatu benda dll.
- Beri anak tangung jawab di
rumah. Bunda jangan mudah mengambil alih saat anak sedang malas,
terapkan konsekuensi apabila anak sengaja melalaikan tanpa alasan yang
baik.
- Biarkan anak melakukan sesuatu
sendiri sesuai dengan kesangupannya (Jangan melayani anak)
- Berikan mainan yang merangsang
kreatifitas anak namun menyenangkan, bukan sekedar menikmati mainan.
Perlengkapan rumah tangga atau benda yang biasa ada disekitar anak, lebih
merangsang kreatifitas anak daripada mainan siap pakai yang terpajang di
mall.
- Untuk anak remaja, Ajarkan anak
dengan keterampilan sesuai jamannnya namun dapat memiliki nilai ekonomis
pada saat dewasa (Menjahit, memasak, menggunakan computer, keterampilan
bahas asing atau berjualan langsung atau online jika memungkinkan dll)
Selasa, 17 September 2013
Keluhuran Bahasa Alquran dari yang Tersirat Mengenai Orang Tua dan Anak
Menarik sekali, bagaimana Alquran memberikan tuntunan dan tauladan bagi hubungan antara orang tua dan anak. Isyarat yang begitu mendalam dan luas, dimana siapa saja yang melakukan perenungan, mengenai bagaimana bahasa alquran dalam mengangkat peran orang tua dan anak, pasti akan menemukan tuntunan yang semakin menyentuh jiwa, berulang kali membacanya pastilah selalu mendapatkan kesan yang bertambah-tambah dan semakin dalam.
Orang tua dan anak, keduanya akan menjadi fitnah atau ujian antara satu sama lain. Bukankah dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menyaksikan peristiwa yang memilukan, mengerikan atau sekedar prilaku kurang baik antara orang tua dan anak. Seorang anak yang dibesarkan dengan limpahan kasih sayang hingga memanjakannya berlebihan, tiba-tiba tumbuh jadi pembangkang yang sangat keras terhadapa orang tuanya hingga prilaku yang mencoreng nama baik orang tua. Demikian pula anak yang diperlakukan sebaliknya, dibesarkan dengan kata-kata kasar, pukulan sampai kepada orang tua yang prilakunya justru memperlihatkan kebejatan moral yang mencederai jiwa anak, hingga tidak saja membuat anak menirukan prilaku buruk tersebut juga menumbuhkan perasaan benci yang mendalam kepada orang tuanya.
Namun resapilah bagaimana Alquran menempatkan keduanya,YANG SAMA-SAMA AKAN MENJADI FITNAH ATAU COBAAN BAGI SATU SAMA LAIN, yang menyiratkan keluhuran bahasa alquran dalam menyentuh hati manusia, hati seorang ibu atau ayah dan hati seorang anak.
Dengan sangat jelas dan tajam, alquran mengingatkan bahwa ;
”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu adalah fitnah dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Al-Anfal: 28)
Dengan nyata kata fitnah/ cobaan Allah sematkan pada seorang anak. Bahwa sebagaimana harta benda mati, anakpun merupakan cobaan. Allah menyandingkan harta dan anak sebagai peringatan bahwa keduanya merupakan cobaan, bukankah orang tua sering kali memperlakukkan anaknya umpama harta benda berharga namun benda mati dimana ia hanya di cintai, diberifasilitas namun enggan mendidik untuk mengisi jiwa dan menghidupkan hatinya.
Dalam tuntunan lain, alquran menggunakan kata ‘’perintah” terhadap anak, agar bersikap rendah hati kepada orang tuanya.
dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Alisraa’17:24
dan dengan sangat tajam kedalam hati, tengoklah bagaimana Alquran mengajarkan doa anak kepada orang tuanya. Dengan tanpa menggurui namun cukup menusuk kesombongan yang mungkin terkandung dalam hati seorang anak, tengoklah redaksi doa ‘’Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."
Mengapa kita berdoa agar Allah mencintai orang tua kita? Bukankah terlebih kita sebagai anak lebih layak mencintai, yang telah menerima kebaikan atas cinta dan pengorbanan orang tua, terutama seorang ibu yang meregang rasa sakit dengan melahirkan dan harus menyusui selama dua tahun, bahkan setiap hari menyentuh kotoran anaknya lebih layak mencintai dan merendahkan diri sebelum kita berdoa memohon agar mereka dicintai.
Demikianlah, begitu nyata dan tajam Allah memberikan isyarat bahwa anak adalah fitnah, dan dengan tegas pula alquran perintahkan kepada kita untuk merendahkan diri kepada orang tua, bahkan tuntunan doa dalam alquran dari seorang anak merupakan nasehat yang tajam jika direnungkan lebih dalam.
Namun kita renungkan ayat berikut, bagaimana alquran menggambarkan secara tersyirat bahwa orang tuapun adalah fitnah bagi anaknya, bahasa alquran ini menunjukan betapa alquranpun merendahkan tuntunannya untuk menunjukan betapa orang tua merupakan peran yang harus dihargai dan di jungjung tinggi. Salah satu contoh bahwa alquran tidak menyatakan dengan jelas atau secara tersurat bahwa orang tuapun menjadi fitnah atau cobaan bagi anaknya. Resapilah ayat-ayat yang menceritakan peristiwa dialog nabi Ibrahim as dengan ayahnya yang menjadi pembuat patung berhala. Di gambarkan bagaimana nabi Ibrahim menghadapi fitnah dari ayahnya yang menguji kesabaran serta kerendahahtiannya. Bahkan pada prilaku orang tua yang kafirpun, alquran menunjukan keluhuran bahasanya. Ia tidak dengan gamblang menunjukan betapa berat pula cobaan yang bisa ditimpakan orang tua kepada anaknya, namun betapa luhur alquran mengajarkan bahwa kepada orang tua tetaplah dikedapankan uangkapan-ungkapan yang menjaga martabat mereka
“Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka ikutilah Aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah. ‘’19: 42- 48
Resapi, bagaimana nabi Ibrahim bertutur kepada ayahnya seorang pembuat patung berhala (beberapa mufasir menyatakan dia adalah pamannya), ia gunakan ungkapan lemah lembut dan begitu menggambarkan cinta yang sangat besar, ia tidak menjadikan keluhuran tauhid sekalipun sebagai alasan untuk melontarkan teguran yang menjatuhkan martabat ayahnya.
Kita renungkan perbedaan redaksi dalam surat luqman, dimana ayat 13- 19 memaparkan nasehat luqman kepada anaknya.
Surat luqman
Perhatikan perbedaan tuntunan alquran ketika luqman sedang menasehati anaknya, ia dengan tegas dan menggunakan kalimat perintah yang di ikuti dengan kecaman bahwa perbuatan mempersekutukan Allah adalah sebuah kezaliman.
“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”QS.Luqman: 13
Dan perhatikan redaksi dalam tuntunan berikut, dalam konteks orang tua yang tidak menjadi teladan bagi anaknya hingga mendatangkan fitnah atau cobaan.
“ dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” QS. Luqman: 15
Demikianlah, alquran mengajarkan keluhuran budi yang begitu mendalam. Alquranpun menunjukan dirinya tidak sebagai pendakwa yang mencerca terhadap pelanggaran orang tua kepada anak-anak mereka, bahkan tidak meski dengan bahasa yang menempatkan seorang anak lebih tinggi derajatnya meski ia dalam posisi yang benar, seperti yang di contohkan dalam dialog nabi Ibrahim dan nasehat luqman di atas.
Perlulah di sadari bahwa dalam hati setiap anak, telah tertanam fitrah untuk mencintai atau sekurang-kurangnya rasa kasihan terhadap orang tuanya, namun seringkali perlakukan kasar, berupa caci maki, pukulan dan teladan yang buruk secara tidak langsung memancing anak senantiasa merasakan perasaan marah, kecewa dan benci kepada orang tua. Sehhingga perasaan tersebutlah yang terbiasa bagi hatinya dan mendominasi, yang menyebabkan fitrah kasih sayang itu terkubur, jauh dari permukaan hatinya. Seorang anak yang tidak terbiasa menerima perlakukan baik yang dapat merespon rasa sayangnya untuk terekspresikan, akhirnya seakan lupa jika perasaan itu ada.
Maka begitu menyentuh redaksi doa yang Allah ajarkan, seakan memberi ruang bahwa bagi anak-anak yang dalam keadaan luka hatinya, maka allah seakan enggan mengurui dengan kalimat yang tajam, dan doa berikut cukuplah secara halus menyentuh hati kita sebagai anak sekaligus perlahan memberikan teguran. “…dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Alisraa’17:24. Dan bagi orang tua makna tersirat dari redaksi doa tersebut, merupakan peringatan yang halus, bahwa sudahkan ia sebagai orang tua memperlakukan anaknya dengan cinta kasih yang benar dan sudahkan ia mendidik anaknya guna mengisi jiwa mereka dengan pendidikan yang benar. Sehingga layaklah kita sebagai orang tua mendapatkan kemuliaan dari doa tersebut, sebagai orang tua yang mengasihi dan mendidik.
Semoga catatan ini bermanfaat bagi kita semua, dariku untuk-ku juga.
Senin, 05 Desember 2011
Metode Pendidikan Kontekstual dalam Surat Ar Rahmaan (Bagian 1)
Dalam Islam aktualisasi pendidikan tidak hanya bersumber pada transformasi akal dan indra, melainkan menjadikan Al-Qur'an kitab wahyu samawi sebagai landasan hukum teori pendidikan Islam yang secara global oriented (berfikir menyeluruh) bertujuan menciptakan manusia sampai pada derajat insan kamil, yaitu manusia produktif secara intelektual maupun spiritual dengan mengaplikasikan nilai akhlak Islam secara operasional sebagai individu dan makhluk sosial.
Pendidikan agama Islam meskipun berpegang teguh pada nilai-nilai pendidikan samawi, bukan kegiatan yang terlepas dari realitas lingkungan siswa karena pendidikan islam yang tidak mengoptimalkan potensi akal dan indra yang di miliki siswa hanya akan menjadikan pendidikan agama Islam sebagai bahasa pengantar saja. Fungsi akal dan indra menangkap berbagai gerak venomena lingkungan sekitarnya, yang akan menjadi faktor penjelas dan penguat internalisasi ajaran agama Islam dari mulai hakekat penciptaan manusia sampai pada masalah teknologi ilmu pengetahuan yang dapat mengembangkan budaya dan peradaban.
Al-Qur'an sebagai landasan pemikiran metode pendidikan Islam, karena secara implisit telah berperan sebagai al-Huda (Petunjuk) bagi efektifitas transformasi metode pendidikan Islam. Ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat muhkamat (jelas) maupun muhtasyaabihaat (Memerlukan penafsiran), telah banyak mendorong dilakukannya analisis metode pendidikan yaitu perenungan mendalam bagi perkembangan teoritis praktis pendidikan Islam, karena Al-Qur'an yang merupakan petunjuk yang bersifat holistic (menyeluruh) perlu didekati secara kontekstual dalam proses pemahaman nilai-nilai didalamnya, yaitu dengan menjadikan objek-objek kekinian dalam arti lain menjadikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya peradaban sebagai problem solving bagi terungkapnya petunjuk Al-Qur'an. Dengan cara itu maka Al-Qur'an dapat bersifat fungsional yaitu memberikan jawaban kontrukstif bagi permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam, khususnya dalam konteks ini yaitu permasalahan metode pendidikan Islam. Salah satu petunjuk Al-Qur'an yang dapat menjadi rujukan praktis dalam penerapan optimalisasi metode pendidikan Islam terkandung dalam QS.40: 61
Artinya:
Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyal karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.(Depag, 2000: 378)
Dari uraian ayat di atas, tercermin dengan jelas sebuah metode pendidikan yang bersifat kontekstual. Dimana untuk menginternalisasikan makna kekuasaan Allah dan keharusan bersyukur karenanya, Allah mengkaitkan konteks pergantian waktu malam dan siang selain sebagai objek yang sangat dekat dengan keseharian manusia, juga merupakan objek yang dapat di amati oleh akal dan panca indra. Sehingga selain penunjukan objek tersebut memperkuat pemahaman menganai kekuasaan Allah, juga merangsang atau mendorong motivasi untuk mengamati, sehingga lahirlah ilmu pengetahuan mengenai bagaimana sistem tata surya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Quraish shihab dalam bukunya berjudul mukjizat Al-Qur'an (2003: 165- 166) yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukanlah sebuah kitab ilmiah yang berasal dari pemahaman, penelitian, dan interprestasi akal manusia, namun didalamnya sarat dengan kandungan atau hakikat ilmiah yang dikemukakan-Nya dalam redaksi yang singkat dan sarat makna.
METODE PENDIDIKAN KONTEKSTUAL DALAM QS AR RAHMAAN
Tujuan umum, metode pendidikan kontekstual secara oprasioanal memiliki tujuan khusus sebagai landasan pencapaian tujuan dan ciri khas metode ini, yang dirumuskan oleh B. Johnson (2007: 67) yaitu:
…an education process that aims to help students see meaning in the academic subjects with the context of their daily lives, that is with context of their personal, social, and culture circumstance.
(…sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.)
Selain untuk menemukan makna subjek akademik, metode pendidikan kontekstual bertujuan untuk membentuk sikap mandiri melalui pendekatan pembelajaran mandiri. Menurut Elaine B. Johnson pembelajaran mandiri adalah:
Satu proses pembelajaran yang mengajak para siswa untuk melakukan tindakan mandiri yang melibatkan satu orang, biasanya satu kelompok. Tindakan mandiri ini dirancang untuk menghubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan siswa sehari-hari secara sedemikian rupa untuk mencapai tujuan bermakna.
Dalam QS Ar Rahmaan, tersirat petunjuk mengenai metode pendidikan, khususnya metode pendidikan yang bersifat kontekstual. Dalam uraian ini Penulis hanya menganalisa QS ar Rahmaan: 1-13, karena aya-ayat berikutnya secara metodologi memiliki pendekatan yang sama.
Al Biqa'i yang di terjemahkan oleh Quraish shihab (2006: 492) menjelaskan, dengan menisbahkan kepada hubungan antar ayat dan surat-surat alquran Al Biqa'i berpendapat bahwa:
tema utama surat ini adalah pembuktian tentang keagungan kuasa Allah, kesempurnaan pengaturannya, serta keluasan rahmatnya. Itu semua dapat dilihat melalui keluasan ilmunya yang ditunjukan oleh rincian keajaiban makhluknya, dan keserasian serta keindahan ciptaannya yang dikemukakan pada surah ini dengan mengingatkan hal-hal tersebut pada manusia dan jin.
Perhatikan redaksi ayat dalam Al-Qur'an surat ar Rahmān, 55: 1- 13 berikut:
Artinya :
"(Tuhan) yang Maha pemurah, Yang Telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada nya. Dan Allah Telah meninggikan langit dan dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. Dan Allah Telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya). Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (Depag, 2000: 242- 425)
Untuk membuktikan sifat ar Rahmān-Nya, Allah menunjukan bukti-bukti akan ciptaanNya, yang Ia peruntukkan bagi manusia yaitu dimulai dari bukti kasih sayangNya yang maha tinggi yaitu di ciptakanNya Alqur’an, sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab (2006: 493) ketika menafsirkan ayat ke dua dalam surat ini. Sebagai berikut
Disebutkan Rahmat dan nikmat-Nya yang teragung sekaligus menunjukan kuasa-Nya melimpahkan sekelumit dari sifat-Nya kepada hamba-hamba-Nya agar mereka meneladani-Nya yakni dengan menyatakan: "Dialah yang telah mengajarkan Al-Qur'an'' kepada siapa saja yang dia kehendaki
Selain penciptaan alqur’an sebagai konteks dari bukti sifat ar Rahman yang Allah jelaskan dan tunjukan, Ia-pun menjadikan penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya yang dapat memberikan manfaat bagi manusia yang dengan konteks itu manusia dapat lebih mudah untuk memahami dan menghayatinya.
Setelah pemilihan konteks yang beragam, yang dengan cara itu manusia yang dibekali akal dan panca indra dapat lebih mudah memahami dan menghayatinya. Allah melalui ayat ke 13 dimana ayat inipun diualangnya sebanyak 31 kali, Allah mengajak manusia dan jin untuk berfikir mendalam akan makna syukur. Hal ini di jelaskan oleh Quraish Shihab (2006: 503- 504), sebagai berikut:
Dengan nada mengancam Allah berfirman: jika demikian itu besar dan banyaknya nikmat Allah , maka nikmat Tuhan pemelihara kamu berdua wahai manusia dan jin yang manakah yanga kamu berdua ingkari? Apakah nikmat-nikmat yang telah disebut di atas atau selainnya?
Ayat di atas terulang dalam surah ini sebanyak 31 kali. Pengulangan kalimat dalam satu dialog, sangat dikenal oleh pengguna bahasa. Penyebutan nikmat-nikmat, penyodoran pertanyaan semacam di atas, mengandung makna keagungan nikmat tersebut serta banyaknya manfaat yang diraih oleh penerimanya, dengan tujuan menggugahnya lebih bersyukur atau mengecamnya-bila ia tidak bersyukur sambil mengisyaratkan bahwa sikapnya itu telah melampaui batas.
Hampir pada setiap ayat-ayat yang tertulis, Allah senantiasa melibatkan objek-objek yang menjadi bagian kehidupan dan sejarah peradaban manusia. Diarahkannya kita untuk memperhatikan proses penciptaan langit dan bumi sampai pada bagaimana proses penciptaan manusia itu sendiri, begitu juga dalam menanamkan nilai-nilai akhlak. Dari ayat tersebut, Allah mengintegrasikan nilai-nilai ke imanan yaitu dalam penegasannya akan sifat ar Rahmān yang disandangnya agar manusia sebagai objek didik bersujud dan bersyukur, dengan konteks yang berhubungan secara langsung dengan eksistensi manusia yaitu dimulai dari penciptaan alqur’an, mengenai keutamaan penciptaan manusia, sampai pada penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya dan bagaimana hubungannya dengan kepentingan manusia. Diarahkan-Nya manusia sebagai objek didik untuk mengamati dengan menggunakan akal dan panca indranya, sehingga konsep keimanan akan sifat ar Rahmān yang disandang Allah dapat dipahami dengan mudah.
Jika dibuat sebuah skema, metode pendidikan dalam QS.ar Rahmaan: 1- 13 dapat ditemukan implikasi yang sangat jelas mengenai pendekatan yang bersifat aplikatif terhadap pendekatan metode pendidikan kontekstual.
Kandungan Metode Pendidikan Kontekstual Al-Qur'an surat ar Rahmān ayat 1- 13
|
Prinsip Metode Pendidikan Kontekstual
|
Implikasi Pedagogis Al-Qur’an Surat ar Rahmān ayat 1- 13 Tentang Metode Pendidikan Kontekstual
|
1. Mengintegrasikan nilai aqidah dengan ilmu pengetahuan(liked courses) 2. Penjelasan kongkrit mengenai penciptaan pada konsep keimanan yang bersifat maknawiyah (abstrak) 3. Peran Allah dalam aspek otoritas, fasilitator, komunikator,keteladan dan emancipator 4. Proses internalisasi pada pendalaman pemahaman, dan penghayatan melalui kalimat Tanya yang bersifat intropektif 5. Penggunaan media yang bersifat naturalis (bukan imajinatif) 6. Merangsang akal dan panca indra sebagai media internalisasi
|
1. Prinsip memberikan kegembiraan 2. Memberikan layanan dengan lemah lembut 3. Kebermaknaan 4. Prasyarat 5. Komunikasi terbuka 6. Pemberian pengetahuan 7. Model prilaku yang baik 8. Pengaamalan secara aktif Kasih sayang |
1. Penerapan metode pendidikan kontekstual, yang menekankan a) Penjelasan kongkrit pada makna b) Integritas antara iman dan ilmu pengetahuan 2. Peran guru yang bersifat holistic (menyeluruh) 3. Penguasan guru pada metode komunikasi dengan pendekatan hipnoteaching, salah satunya tehnik questioning (bertanya) 4. Penggunaan media yang bersifat alamiah dan analitis
|
Dengan konsep metode pendidikan kontekstual yang terkandung dalam Qur'an surat ar Rahmān ayat 1- 13, proses belajar mengajar tidak bersifat monolog atau hanya sebatas transfer satu arah dari guru kepada murid namun dapat mendorong terjadinya proses dialog internal dalam diri siswa. Konsep ini sejalan dengan pernyataan Rudolf Otto yang dikutip oleh Malik Fadjar (1998: 163) seorang tokoh fenomenologi, bahwa "agama perlu dikembangkan dalam keakraban wacana melalui proses perenungan yang dalam dan proses dialogis yang produktif dan kritis." Lebih lanjut Malik Fadjar (1998: 163) menyatakan "Dalam konteks ini, peserta didik di biarkan melakukan perambahan batin dan intelektual sehingga kelak menemukan dalam dirinya kedewasaan dalam beragama, baik dalam afeksi religiusnya maupun dimensi intelektualnya." Sementara itu, metode pendidikan kontekstual menurut Thonson (Ibnu setiawan, 2007: 67) secara oprasional bertujuan untuk "Mendorong para siswa melihat makna didalam materi akdemik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dalam konteks dalam kehidupan keseharian mereka yaitu dalam konteks keadaan pribadi sosial dan budaya mereka".
Dari konsep diatas, maka metoda pendidikan agama islam tidak hanya bersifat informatif dan aplikatif dengan menitik beratkan pada transfer tekstual yang bersifat doktrinal belaka, yang hanya akan memberikan stimulus pada perkembangan ranah kognitif dan psikomotorik. Lebihdari itu, pendidikan agama islam harus juga mampu mengembangkan potensi afektif yaitu pemahaman dan penghayatan yang dapat diaktualisasikan secara intelektual maupun moralitas siswa. Konsep ini juga ditegaskan oleh Malik Fadjar (1998: 159) yang menyatakan bahwa “salah satu orientasi mutu dan pencapaian pendidikan agama islam dalah tercapainya internalisasi nilai-nilai dan norma-norma keagamaan yang fungsional secara moral.”
Tujuan metode pendidikan agama islam adalah mengubah teori-teori dalam alqura dan as sunnah menjadi fungsional setelah dipahami dan dihayati oleh para siswa dengan ditransformasikan secara kontekstual pada siswa sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya secara global. Untuk mencapai tujuan pendidikan agama islam tersebut, "maka penetapan metodologi yaitu penguasaan teori dan praktek tentang cara pendekatan yang tepat dan cermat," (Malik Fadjar, 1998:
Demikian, disarikan dari karya tulis ilmiah penulis yanga berjudul (Implikasi Pedagogis Al Quran Surat Ar Rahmaan Ayat 1- 13 Tentang Metode Pendidikan Kontekstual_pendekatan ilmu pendidikan islam)